Vrydag 03 Mei 2013

psikologi masa nifas


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa nifas merupakan suatu keadaan fisiologis dimana berlangsungnya pemulihan kembali yang dimulai dari persalinan selesai sampai kembali seperti sebelum hamil. Ini merupakan masa yang sulit bagi ibu yang baru bersalin. Sebagian besar organ-organ tubuh ibu mengalami involusi dan penyesuaian dari masa kehamilan, bersalin dan kesiapan untuk menyusui.
Beberapa hal yang berpengaruh pada masa nifas adalah penyesuaian sistem pencernaan dan sistem perkemihan (urinarius). Perubahan yang terjadi fisiologis jika masih dalam keadaan wajar. Patologis yang terjadi pada kedua sistem ini sangat berpengaruh berlangsungnya masa nifas. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan bayi.













BAB II
PEMBAHASAN

1.1        Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan yang berkaitan saat melahirkan.
Masa nifas juga bisa disebut masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1.      Puerperium dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2.      Puerperium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 sampai 8 minggu.
3.      Remote puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

1.2         Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Pada Masa Nifas :
a)         Perubahan sistem reproduksi.
b)        Perubahan sistem pencernaan.
c)         Perubahan sistem perkemihan.
d)        Perubahan sistem hematologi.
e)         Perubahan sistem musculoskeletal.
f)          Perubahan endokrin.
g)         Perubahan sistem kardiovaskuler.
h)        Perubahan tanda-tanda vital.
a)      Perubahan sistem reproduksi
1.      Uterus
Setelah plasenta lahir, uterus berkontraksi sehingga terjadi proses involusio uteri.
Involusio Uterus
Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos.
a.                  Proses involusi uterus
Pada akhir kala III persalinan uterus berada digaris tengah, kira-kira 2cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000gram.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan massif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada masa hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hypertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1        Autolisis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
2                                  Atrofi jaringan
Jaringan yang berfolirasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar.
Kemudian  mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan placenta,selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus,lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang aka bergenerasi menjadi emdometrium yang baru.                                           
3        Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uteri sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus, proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat inmplantasi plasenta, serta mengurangi perdarahan.

Perubahan pada uterus selama masa nifas :
Involusi uteri
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus
Diameter Uterus
Palpasi Servik
Plasenta lahir
Setinggi Pusat
1000 gr
12,5 cm
Lembut/Lunak
7 hari (minggu1)
Pertengahan antara pusat dan sympisis
500 gr
7,5 cm
2 cm
14 hari (minggu2)
Tidak teraba
350 gr
5 cm
1 cm
6 minggu
Normal
60 gr
2,5 cm
Menyempit

b.                  Bagian bekas plasenta
Bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Perubahan pembuluh darah rahim dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukaan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas. Luka mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
c.                   Lochea
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya :

Lokia
Lokia
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah kehitaman
Terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan sisa darah.
Sanguinolenta
3-7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir.
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/ kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta.
Alba
>14 hari
Putih
Mengandung leukosit, selaput lendir servik dan serabut jaringan mati.

2.      Cerviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga separti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup. Serviks mengalami involusio bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, servik tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.
3.      Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak halmil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol . segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepal bayi yang bergerak maju. Pada  post natal hari ke5, perenium sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan. Ukuran vagina akan selalu lebih besar di bandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertamaq. Meskipun demikian, latihan otot perenium dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat di lakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.
4.      Perenium
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 minggu (tergantung elastic tidak atau seberapa sering melahirkan) , walaupun tetap lebih kendur di banding sebelum melahirkan.
5.      Rahim
Setelah melahirkan rahim akan bekontraksi(gerakan meremas)untuk mendapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim terba keras setinggi 2 jari di bawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan pulih seperti semula. Akan tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul garis-garis putih atau coklat berkelok, hal ini di karenakan peregangan kulit perut yang berlebihan selama hamil, sehingga perlu waktu untuk memulihkannya, senam nifas akan sangat membantu mengencangkan kembali otot perut.
Subinvolusi  uterus
adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/ proses involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses pengecilan uterus terhambat.
  1. Tanda dan gejala
Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat.    
1)   Konsistensi utererus lembek.
2)   Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah.
3)   Terdapat bekuan darah.
4)   Lochea berbau menyengat.
5)   Uterus tidak berkontraksi.
6)   Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi.
b.   Penyebab
1)   Terjadi infeksi pada miometrium.
2)   Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus.
3)   Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluarannya lebih
             banyak dari yang diperkirakan.

b)     Perubahan sistem pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1.      Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
2.      Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3.      Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
  1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
  2. Pemberian cairan yang cukup.
  3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
  4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
  5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.

c)      Perubahan sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum, antara lain :
·         Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi etensi urin.
·         Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang terentasi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
·         Depresi dari sfinter uretra oleh karna penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfinterani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi tidak tertahankan
d)        Perubahan sistem hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan kadar fibrinogen dan plasma serta fakto-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leokositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tampa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. jumlah hemoglobine,  hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal awal postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
e)            Perubahan pada musculoskeletal
Adaptasi sistem muscoluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim.
  1. Dinding perut dan peritoneum
v  Setelah persalinan, dinding perut longgar karena di regang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
v  Hari pertama abdomen menonjol masih seperti mengandung, 2 minggu menjadi rilek, 6 minggu kembali seperti sebelum hamil.
v  Kadang-kadang pada wanita terjadi diastasis dari otot otot rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, vascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau bediri atau mengejan.
v  Bila kekuatan otot dinding perut tidak di capai kembali maka tidak ada kekuatan otot yang menyokong kehamilan berikutnya.
v  Pengembalian tonus otot dengan latihan fisik dan ambulasi dini, secara alami dengan menurunya progesterone.
  1. Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang di namakan strie. Melalui latihan postnatal,otot otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.
  1. Strie
Strie pada dinding abdomen tidak dapat mengilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rectus abdominalis tersebut dapat di lihat dari pengkajian keadaan umum,aktivitas,paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.
  1. Perubahan ligamen
Ligament-ligamen dan difragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum retundum menjadi kendor mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
  1. Simpisis pubis
Meskipun relatif jarang , tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidak mampuan jangka panjang. Hal ini biasanya di tandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis di sertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur atau saat saat bejalan.
f)       Perubahan sistem endokrin
*                  Hormone plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
*                  Hormone pituitary
Hormone pituitary antara lain adalah hormone prolaktin, FSH, dan LH. Hormone prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormone prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3 dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
*                  Hormone hipotalamik pituitary ovarium
Hormone hipotalamik pituitary ovarium mempengaruhi lamanya mendapatkan mestruasi pada wanita. Pada wanita menyusui :
a.                   Menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16%.
b.                  12 minggu pasca melahirkan 45%.
Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui :
a.                   40% setelah 6 minggu pasca melahirkan.
b.                  60% setelah 24 minggu.
*                  Hormone oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang ( posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap 3 persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya hisapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali kebentuk normal dan pengeluaran air susu.
g)      Perubahan sistem kardiovaskuler
Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran caira ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh y ang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke 3 dan ke 4 setelah bayi lahir volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum hamil. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila kehiran melalui seksio sesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hermatokrit (haemoconcentration). Bila perasalinan pervaginan, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hemaktokrit cendrung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu. Tiga perubahan fisiologi pascapartum yang melindungi wanita:
1. hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% sampai 15% .
2. hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasolitasi.
3. terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpanselamaa wanita hamil.
Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang msa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadan ini meningkat bahkan lebih tinggiselamaa 30 sampai 60 menit karena darah yang biasaya melintasi sikuir uteroplasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran. Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini. Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 post partum.

h)     Perubahan sistem tanda-tanda vital
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:
  1. Suhu badan.
  2. Nadi.
  3. Tekanan darah.
  4. Pernafasan.
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
1.3  Perubahan Psikologi Masa Nifas
a.    Penyesuaian psikologi pada masa post partum
Ada 3 tahap yaitu :
1.      Taking in (1-2 hari post partum)
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada dirinya. Wanita yang baru melahirkan perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur dengan gejala lelah, cepat tersinggung, campur baur dengan proses pemulihan.
2.      Taking hold (2-4 hari post partum)
Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat banyinya. Wanita post partum ini berpusat pada kemampuannya dalam mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan menyusui, member minum dan mengganti popok.
3.      Letting go
Pada masa ini ibu sudah pulang dari RS. Ibu mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi.
b.   Post Partum Blues (kemurungan masa nifas)
Kemurungan masa nifas umumnya terjadi pada ibu baru. Hal ini disebabkan oleh perubahan dalam tubuh seorang wanita selama kehamilannya serta perubahan-perubahan irama atau cara hidupnya sesudah banyinya lahir.
*      Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan post partum blues meliputi :
1.      Pengalaman melahirkan, biasanya pada ibu dengan melahirkan yang kurang menyenangkan dapat menyebabkan ibu sedih.
2.      Perasaan sangat down setelah melahirkan, biasanya terjadi peningkatan emosi yang disertai tangisan.
3.      Tingkah laku bayi, bayi yang rewel dapat membantu ibu merasa tidak mampu merawat bayi dengan baik.
4.      Kesulitan dalam mengalami kewajiban setelah melahirkan, ibu member makan pada bayi dengan baik.
*      Gejala-gejala post partum blues yaitu :
1.      Menangis.
2.      Perubahan perasaan.
3.      Cemas.
4.      Kesepian.
5.      Penurunan nafsu sex.
6.      Khawatir mengenai sang bayi.
7.      Kurang percaya diri mengenai kemampuan menjadi seorang ibu.
c.       Depresi Post Partum
Banyak ibu merasa let down sebelum melahirkan, sehingga dengan pengalaman partus kalau kurang berkenan dan keraguan untuk merawat bayinya akan memperberat depresi ini. Depresi post partum adalah bentuk depresi yang lebih serius, bedanya pada post partum dan baby blues adalah frekuensi, intensitas, dan lamanya gejala.
Ø  Tanda-tanda depresi post partum :
1.      Tidak mampu berkonsentrasi dan rasa ada dalam kabut.
2.      Hilang tujuan sebelumnya dan rasa kekosongan.
3.      Rasa sendiri, tidak ada yang memahami dia.
4.      Rasa tidak aman, dia sendiri perlu perhatian.
5.      Terobsesi dirinya menjadi ibu yang jelek.
6.      Kurang rasa positif, rasa dirinya seperti robot.
7.      Rasa takut, hilang kontrol yang biasanya tidak demikian.
8.      Hilang kontrol pada emosi sendiri.
9.      Cemas, rasa dirinya hampir gila, tidak waras.
10.  Rasa bersalah, takut dirinya melukai/mencelakakan bayinya.
11.  Ingin mati untuk mengakhiri ini semua.
Ø  Faktor-faktor yang menyebabkan depresi post partum, yaitu :
1.      Perubahan hormonal.
2.      Lingkungan melahirkan.
3.      Kurangnya dukungan keluarga dirumah.
4.      Sejarah depresi dimasa lalu.
5.      Usia ibu saat melahirkan.
6.      Jumlah anak.
7.      Hubungan seksual yang kurang menyenangkan setelah melahirkan.
d.      Post Partum psikosis
Post partum depresi tidak sama dengan post partum psikosis. Ciri khas dari post partum psikosis :
1.      Sangat bingung, keadaan emosi turun naik.
2.      Gelisah, bergejolak.
3.      Halusinasi baik visual maupun audio sehingga dia mendengar bisikan atau melihat seseorang yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang sangat diyakininya dan mungkin membahayakan kesehatannya dan mungkin bayinya atau orang lain.
4.      Takut melukai dirinya maupun bayinya, pada kasus psikosis post partum perlu pertolongan psikiater dengan segera.











BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
masa nifas adalah masa setealah lahirnya hasil konsepsi sampai pulihnya organ reproduksi seperti sebelium hamil, pada masa ini banyak terjadi perubahan yang di alami oleh wanita postpartum pada sistem reproduksi terjadi involusi uterus, involusi tempat plasenta, perubahan ligamen, perubahan pada serviks, keluarnya lokia, perubahan pada vulva,vagina dan perineum. Terjadi juga perubahan pada sistem perkemihan seperti kesulitan buang air kecil dan inkontinensia urin.
Pada sistem pencernaan terjadi perubahan nafsu makan, motilitas organ-organ pencernaan, pengosongan usus,dan konstipasi. Sistem musculoskeletal pun mengalami perubahan seperti pada dinding perut dan peritoneum, kulit abdomen, timbulnya striae,perubahan ligamen dan simpisis pubis.perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memehami perubahan-perubahan tersebut agar dapat memberikan  penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.
B.     Saran
  1. Keluarga
Bagi suami maupun keluarga diharapkan agar lebih aktif, turut serta dalam menjaga kesehatan ibu. Dan dapat memberikan dukungan secara  psikis maupun moril terhadap ibu yang menghadapi masa post partum.Mendukung kinerja pemerintah dalam menurunkan AKI.

b.masyarakat
Bagi pemerintah di harapkan agar berupaya meningkatkan pemberdayaan tenaga kesehatan khususnya bidan, agar persalinan dapat di tangani oleh tenaga ahli secara komprehensif untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi agar terlaksana dengan baik
c. tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan di harapkan agar meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan kebidanan, serta lebih peka untuk mengidentifikasi tanda bahya dalam persalinan agar dapat segera di tangani.
























DAFTAR PUSTAKA


Anggrani, Yetti, 2010, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihama,Yogyakarta
Manuaba, Ida Bagus Gede, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Monica Ester, Jakarta
Farrer, Helen, 2001, Perawatan Maternitas, EGC, Jakarta
Wulanda, Ayu Febri, 2011, Biologi Reproduksi, Salemba Medika, Jakarta
Rukiyah, Ai Yeyeh, Yulianti Lia, 2010, Asuhan Kebidanan IV, Trans Info Media, Jakarta
Rukiyah, Ai Yeyeh, Yulianti Lia, dkk, 2011, Asuhan Kebidanan III, Trans Info Media, Jakarta
Puspitorini, Ira, 2011, Kebidanan & Keperawatan, New Diglossia, Yogyakarta





Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking