BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa nifas merupakan suatu keadaan
fisiologis dimana berlangsungnya pemulihan kembali yang dimulai dari persalinan
selesai sampai kembali seperti sebelum hamil. Ini merupakan masa yang sulit
bagi ibu yang baru bersalin. Sebagian besar organ-organ tubuh ibu mengalami
involusi dan penyesuaian dari masa kehamilan, bersalin dan kesiapan untuk
menyusui.
Beberapa hal yang berpengaruh pada
masa nifas adalah penyesuaian sistem pencernaan dan sistem perkemihan
(urinarius). Perubahan yang terjadi fisiologis jika masih dalam keadaan wajar.
Patologis yang terjadi pada kedua sistem ini sangat berpengaruh berlangsungnya
masa nifas. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu
dan bayi.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian
Masa nifas (puerperium)
adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan
yang berkaitan saat melahirkan.
Masa nifas juga
bisa disebut masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Nifas
dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium
dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium
intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 sampai 8
minggu.
3. Remote
puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
1.2
Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Pada Masa
Nifas :
a)
Perubahan sistem reproduksi.
b)
Perubahan sistem pencernaan.
c)
Perubahan sistem perkemihan.
d)
Perubahan sistem hematologi.
e)
Perubahan sistem musculoskeletal.
f)
Perubahan endokrin.
g)
Perubahan sistem kardiovaskuler.
h)
Perubahan tanda-tanda vital.
a)
Perubahan
sistem reproduksi
1. Uterus
Setelah
plasenta lahir, uterus berkontraksi sehingga terjadi proses involusio uteri.
Involusio
Uterus
Involusio
atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos.
a.
Proses
involusi uterus
Pada akhir kala III persalinan uterus berada digaris
tengah, kira-kira 2cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat besar uterus kira-kira sama dengan besar
uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000gram.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron
bertanggung jawab untuk pertumbuhan massif uterus selama masa hamil.
Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada masa hyperplasia,
peningkatan jumlah sel-sel otot dan hypertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang
sudah ada. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1
Autolisis
Merupakan proses penghancuran diri
sendiri yang terjadi dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum
hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
2
Atrofi jaringan
Jaringan yang berfolirasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar.
Kemudian
mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai pelepasan placenta,selain perubahan atrofi pada otot-otot
uterus,lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan
lapisan basal yang aka bergenerasi menjadi emdometrium yang
baru.
3
Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan
terjadinya kontraksi dan retraksi otot uteri sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus, proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat inmplantasi plasenta, serta
mengurangi perdarahan.
Perubahan
pada uterus selama masa nifas :
Involusi
uteri
|
Tinggi Fundus Uteri
|
Berat Uterus
|
Diameter Uterus
|
Palpasi Servik
|
Plasenta lahir
|
Setinggi Pusat
|
1000 gr
|
12,5 cm
|
Lembut/Lunak
|
7 hari (minggu1)
|
Pertengahan antara pusat dan sympisis
|
500 gr
|
7,5 cm
|
2 cm
|
14 hari (minggu2)
|
Tidak teraba
|
350 gr
|
5 cm
|
1 cm
|
6 minggu
|
Normal
|
60 gr
|
2,5 cm
|
Menyempit
|
b.
Bagian
bekas plasenta
Bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar
dan menonjol ke dalam kavum uteri. Pada permulaan nifas bekas plasenta
mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas
implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya
dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Perubahan pembuluh
darah rahim dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukaan lagi peredaran darah yang
banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas. Luka mengecil, pada
akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
c.
Lochea
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia yang berbau tidak sedap menandakan
adanya infeksi. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran
lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya :
Lokia
|
Lokia
|
Warna
|
Ciri-ciri
|
Rubra
|
1-3 hari
|
Merah kehitaman
|
Terdiri atas sel
desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan sisa darah.
|
Sanguinolenta
|
3-7 hari
|
Putih bercampur merah
|
Sisa darah bercampur
lendir.
|
Serosa
|
7-14 hari
|
Kekuningan/
kecoklatan
|
Lebih sedikit darah
dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan laserasi
plasenta.
|
Alba
|
>14 hari
|
Putih
|
Mengandung leukosit,
selaput lendir servik dan serabut jaringan mati.
|
2. Cerviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak
menganga separti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam
cincin. Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup. Serviks mengalami involusio bersama-sama dengan
uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh dengan
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan
kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, servik tidak pernah
kembali pada keadaan sebelum hamil.
3. Vulva
dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
halmil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol . segera setelah melahirkan, perenium
menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepal bayi yang bergerak
maju. Pada post natal hari ke5, perenium
sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
dari pada keadaan sebelum melahirkan. Ukuran vagina akan selalu lebih besar di
bandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertamaq. Meskipun demikian, latihan
otot perenium dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina
hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat di lakukan pada akhir puerperium dengan
latihan harian.
4. Perenium
Jalan
lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan
yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 minggu (tergantung
elastic tidak atau seberapa sering melahirkan) , walaupun tetap lebih kendur di
banding sebelum melahirkan.
5. Rahim
Setelah
melahirkan rahim akan bekontraksi(gerakan meremas)untuk mendapatkan dinding
rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa
mulas pada perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum
hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim terba keras setinggi 2 jari di
bawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan
pulih seperti semula. Akan tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan
muncul garis-garis putih atau coklat berkelok, hal ini di karenakan peregangan
kulit perut yang berlebihan selama hamil, sehingga perlu waktu untuk
memulihkannya, senam nifas akan sangat membantu mengencangkan kembali otot
perut.
Subinvolusi
uterus
adalah
kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/ proses involusi rahim
tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses pengecilan uterus terhambat.
- Tanda dan gejala
Fundus uteri
letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang seharusnya atau
penurunan fundus uteri lambat.
1) Konsistensi utererus lembek.
2) Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah.
3) Terdapat bekuan darah.
4) Lochea berbau menyengat.
5) Uterus tidak berkontraksi.
6) Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh
tinggi.
b. Penyebab
1) Terjadi infeksi pada miometrium.
2) Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta
di dalam uterus.
3) Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum
dan pengeluarannya lebih
banyak dari yang diperkirakan.
b)
Perubahan sistem pencernaan
Sistem
gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan
kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4
hari untuk kembali normal.
Pasca melahirkan, biasanya
ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan
waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot
traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
Pasca melahirkan, ibu sering
mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal
masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang
makan, dehidrasi, hemoroid ataupun
laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan
waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali
teratur, antara lain:
- Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
- Pemberian cairan yang cukup.
- Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
- Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
- Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.
c)
Perubahan sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu
mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena
penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses
melahirkan. Pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan
fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Hal yang
menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum, antara lain :
·
Adanya odema trigonium yang
menimbulkan obstruksi sehingga terjadi etensi urin.
·
Diaphoresis yaitu mekanisme
tubuh untuk mengurangi cairan yang terentasi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari
setelah melahirkan.
·
Depresi dari sfinter uretra
oleh karna penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfinterani
selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi tidak tertahankan
d)
Perubahan
sistem hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan kadar
fibrinogen dan plasma serta fakto-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari
pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi
darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan
faktor pembekuan darah. Leokositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah
putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa
hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa
naik lagi sampai 25000 atau 30000 tampa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama. jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat
bervariasi pada awal awal postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume
plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
e)
Perubahan
pada musculoskeletal
Adaptasi sistem muscoluskeletal ibu yang terjadi
selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi
ini mencakup hal hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim.
- Dinding perut dan peritoneum
v Setelah
persalinan, dinding perut longgar karena di regang begitu lama, tetapi biasanya
pulih kembali dalam 6 minggu.
v Hari pertama
abdomen menonjol masih seperti mengandung, 2 minggu menjadi rilek, 6 minggu
kembali seperti sebelum hamil.
v Kadang-kadang
pada wanita terjadi diastasis dari otot otot rectus abdominis sehingga sebagian
dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, vascia tipis
dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau bediri atau mengejan.
v Bila
kekuatan otot dinding perut tidak di capai kembali maka tidak ada kekuatan otot
yang menyokong kehamilan berikutnya.
v Pengembalian
tonus otot dengan latihan fisik dan ambulasi dini, secara alami dengan
menurunya progesterone.
- Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan
tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan yang di namakan strie. Melalui latihan postnatal,otot otot dari
dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.
- Strie
Strie pada dinding abdomen tidak dapat mengilang
sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki
tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rectus abdominalis
tersebut dapat di lihat dari pengkajian keadaan umum,aktivitas,paritas, jarak
kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.
- Perubahan ligamen
Ligament-ligamen dan difragma pelvis serta fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum retundum menjadi
kendor mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
- Simpisis pubis
Meskipun relatif jarang , tetapi simpisis pubis yang
terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang
penyebab ketidak mampuan jangka panjang. Hal ini biasanya di tandai oleh nyeri
tekan signifikan pada pubis di sertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat
tidur atau saat saat bejalan.
f) Perubahan sistem endokrin
Hormone
plasenta
Pengeluaran
plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon
plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta
menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. HCG menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
Hormone
pituitary
Hormone
pituitary antara lain adalah hormone prolaktin, FSH, dan LH. Hormone prolaktin
darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2
minggu. Hormone prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi ASI. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu
ke-3 dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
Hormone
hipotalamik pituitary ovarium
Hormone
hipotalamik pituitary ovarium mempengaruhi lamanya mendapatkan mestruasi pada
wanita. Pada wanita menyusui :
a.
Menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar
16%.
b.
12 minggu pasca melahirkan 45%.
Sedangkan
pada wanita yang tidak menyusui :
a.
40% setelah 6 minggu pasca melahirkan.
b.
60% setelah 24 minggu.
Hormone
oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian
belakang ( posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap 3 persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian
seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya
hisapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus
kembali kebentuk normal dan pengeluaran air susu.
g) Perubahan sistem kardiovaskuler
Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa
faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran caira ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu
terjadi perpindahan normal cairan tubuh y ang menyebabkan volume darah menurun
dengan lambat. Pada minggu ke 3 dan ke 4 setelah bayi lahir volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum hamil. Pada persalinan
pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila kehiran melalui seksio
sesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari
volume darah dan hermatokrit (haemoconcentration). Bila perasalinan pervaginan,
hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hemaktokrit cendrung stabil dan
kembali normal setelah 4-6 minggu. Tiga perubahan fisiologi pascapartum yang
melindungi wanita:
1. hilangnya
sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% sampai
15% .
2. hilangnya fungsi endokrin
plasenta yang menghilangkan stimulus vasolitasi.
3. terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpanselamaa wanita hamil.
3. terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpanselamaa wanita hamil.
Curah
Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan
curah jantung meningkat sepanjang msa hamil. Segera setelah wanita melahirkan,
keadan ini meningkat bahkan lebih tinggiselamaa 30 sampai 60 menit karena darah
yang biasaya melintasi sikuir uteroplasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum.
Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran. Setelah terjadi diuresis yang
mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan
tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari
ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa
nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah
tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada
ambulasi dini. Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang
secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini
terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu
mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu
mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada
jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama
persalinan. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada
jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia.
Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal
ini terjadi pada hari 3-5 post partum.
h) Perubahan sistem tanda-tanda vital
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih
0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus
genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan
suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi
post partum.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali
per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan
post partum.
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan
darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca
melahirkan pada kasus normal, tekanan
darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan
darah menjadi lebih rendah pasca
melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post
partum. Namun demikian, hal tersebut sangat
jarang terjadi.
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan
ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
1.3
Perubahan Psikologi Masa Nifas
a. Penyesuaian psikologi pada masa post partum
Ada 3 tahap yaitu :
1.
Taking in (1-2 hari post partum)
Wanita menjadi pasif dan
sangat tergantung serta berfokus pada dirinya. Wanita yang baru melahirkan
perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur dengan gejala
lelah, cepat tersinggung, campur baur dengan proses pemulihan.
2.
Taking hold (2-4 hari post partum)
Ibu khawatir akan
kemampuannya untuk merawat bayinya dan khawatir tidak mampu bertanggung jawab
untuk merawat banyinya. Wanita post partum ini berpusat pada kemampuannya dalam
mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai kemampuan untuk merawat
bayinya, cara menggendong dan menyusui, member minum dan mengganti popok.
3.
Letting go
Pada masa ini ibu sudah
pulang dari RS. Ibu mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi.
b. Post Partum Blues (kemurungan masa nifas)
Kemurungan masa nifas
umumnya terjadi pada ibu baru. Hal ini disebabkan oleh perubahan dalam tubuh
seorang wanita selama kehamilannya serta perubahan-perubahan irama atau cara
hidupnya sesudah banyinya lahir.
Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan
post partum blues meliputi :
1.
Pengalaman melahirkan, biasanya pada ibu
dengan melahirkan yang kurang menyenangkan dapat menyebabkan ibu sedih.
2.
Perasaan sangat down setelah melahirkan,
biasanya terjadi peningkatan emosi yang disertai tangisan.
3.
Tingkah laku bayi, bayi yang rewel dapat
membantu ibu merasa tidak mampu merawat bayi dengan baik.
4.
Kesulitan dalam mengalami kewajiban
setelah melahirkan, ibu member makan pada bayi dengan baik.
Gejala-gejala post partum blues yaitu :
1.
Menangis.
2.
Perubahan perasaan.
3.
Cemas.
4.
Kesepian.
5.
Penurunan nafsu sex.
6.
Khawatir mengenai sang bayi.
7.
Kurang percaya diri mengenai kemampuan
menjadi seorang ibu.
c.
Depresi Post Partum
Banyak ibu merasa let
down sebelum melahirkan, sehingga dengan pengalaman partus kalau kurang
berkenan dan keraguan untuk merawat bayinya akan memperberat depresi ini.
Depresi post partum adalah bentuk depresi yang lebih serius, bedanya pada post
partum dan baby blues adalah frekuensi, intensitas, dan lamanya gejala.
Ø Tanda-tanda depresi post partum :
1.
Tidak mampu berkonsentrasi dan rasa ada
dalam kabut.
2.
Hilang tujuan sebelumnya dan rasa
kekosongan.
3.
Rasa sendiri, tidak ada yang memahami dia.
4.
Rasa tidak aman, dia sendiri perlu
perhatian.
5.
Terobsesi dirinya menjadi ibu yang jelek.
6.
Kurang rasa positif, rasa dirinya seperti
robot.
7.
Rasa takut, hilang kontrol yang biasanya
tidak demikian.
8.
Hilang kontrol pada emosi sendiri.
9.
Cemas, rasa dirinya hampir gila, tidak
waras.
10. Rasa bersalah, takut dirinya melukai/mencelakakan bayinya.
11. Ingin mati untuk mengakhiri ini semua.
Ø Faktor-faktor yang menyebabkan depresi post partum, yaitu :
1.
Perubahan hormonal.
2.
Lingkungan melahirkan.
3.
Kurangnya dukungan keluarga dirumah.
4.
Sejarah depresi dimasa lalu.
5.
Usia ibu saat melahirkan.
6.
Jumlah anak.
7.
Hubungan seksual yang kurang menyenangkan
setelah melahirkan.
d.
Post Partum psikosis
Post partum depresi
tidak sama dengan post partum psikosis. Ciri khas dari post partum psikosis :
1.
Sangat bingung, keadaan emosi turun naik.
2.
Gelisah, bergejolak.
3.
Halusinasi baik visual maupun audio
sehingga dia mendengar bisikan atau melihat seseorang yang menyuruh untuk
melakukan sesuatu yang sangat diyakininya dan mungkin membahayakan kesehatannya
dan mungkin bayinya atau orang lain.
4.
Takut melukai dirinya maupun bayinya, pada
kasus psikosis post partum perlu pertolongan psikiater dengan segera.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
masa
nifas adalah masa setealah lahirnya hasil konsepsi sampai pulihnya organ
reproduksi seperti sebelium hamil, pada masa ini banyak terjadi perubahan yang
di alami oleh wanita postpartum pada sistem reproduksi terjadi involusi uterus,
involusi tempat plasenta, perubahan ligamen, perubahan pada serviks, keluarnya
lokia, perubahan pada vulva,vagina dan perineum. Terjadi juga perubahan pada
sistem perkemihan seperti kesulitan buang air kecil dan inkontinensia urin.
Pada
sistem pencernaan terjadi perubahan nafsu makan, motilitas organ-organ
pencernaan, pengosongan usus,dan konstipasi. Sistem musculoskeletal pun
mengalami perubahan seperti pada dinding perut dan peritoneum, kulit abdomen,
timbulnya striae,perubahan ligamen dan simpisis pubis.perubahan-perubahan
tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh karena itu, tenaga
kesehatan terutama bidan harus memehami perubahan-perubahan tersebut agar dapat
memberikan penjelasan dan intervensi
yang tepat kepada pasien.
B.
Saran
- Keluarga
Bagi suami maupun keluarga diharapkan
agar lebih aktif, turut serta dalam menjaga
kesehatan ibu. Dan dapat memberikan dukungan secara psikis maupun moril terhadap ibu yang
menghadapi masa post partum.Mendukung kinerja pemerintah dalam
menurunkan AKI.
b.masyarakat
Bagi pemerintah di harapkan agar
berupaya meningkatkan pemberdayaan tenaga kesehatan khususnya bidan, agar
persalinan dapat di tangani oleh tenaga ahli secara komprehensif untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi agar terlaksana dengan baik
c. tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, khususnya
bidan di harapkan agar meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan
kebidanan, serta lebih peka untuk mengidentifikasi tanda bahya dalam persalinan
agar dapat segera di tangani.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggrani,
Yetti, 2010, Asuhan Kebidanan Masa Nifas,
Pustaka Rihama,Yogyakarta
Manuaba,
Ida Bagus Gede, 1999, Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita, Monica Ester, Jakarta
Farrer,
Helen, 2001, Perawatan Maternitas, EGC,
Jakarta
Wulanda,
Ayu Febri, 2011, Biologi Reproduksi, Salemba
Medika, Jakarta
Rukiyah,
Ai Yeyeh, Yulianti Lia, 2010, Asuhan
Kebidanan IV, Trans Info Media, Jakarta
Rukiyah,
Ai Yeyeh, Yulianti Lia, dkk, 2011, Asuhan
Kebidanan III, Trans Info Media, Jakarta
Puspitorini,
Ira, 2011, Kebidanan & Keperawatan, New
Diglossia, Yogyakarta
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking