A. Pengertian
a. persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir (Saifudin, abdul bari.2002)
b. Persalinan
adalah proses pengluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melelui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2006)
c. Persalinan
normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan ibu
sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (mochtar, rustam.1998)
B. Etiologi Persalinan
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih
merupakan teori – teori yang kompleks. Faktor – faktor humoral, pengaruh
prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi
di sebut sebagai faktor – faktor yang mengakibatkan persalinan mulai.
Menurut Wiknjosastro (2006) mulai dan
berlangsungnya persalinan, antara lain :
a.
Teori penurunan hormon
Penurunan
kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi kira – kira 1 – 2 minggu sebelum partus dimulai. Progesterone bekerja sebagai penenang bagi otot – otot
uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
kadar progesterone turun.
b.
Teori plasenta menjadi tua
Villi
korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga kadar estrogen dan
progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
c.
Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Jika
nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di keluarkan.
d.
Teori distensi rahim
Keadaan
uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia
otot – otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat menggangu
sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta menjadi degenerasi.
e.
Teori iritasi mekanik
Tekanan
pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di
belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul.
f.
Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat di timbulkan dengan
jalan :
1) Gagang laminaria : beberapa laminaria di
masukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser.
2) Amniotomi : pemecahan ketuban.
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin
menurut tetesan infuse.
C. Patofisiologi Persalinan
a. Tanda – tanda permulaan persalinan
Menurut Manuaba (1998), tanda – tanda
permulaan peralinan :
1) Lightening
atau settling atau dropping Yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2) Perut
kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
3) Perasaan sering – sering atau susah
kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pegang
oleh adanya kontraksi. Kontraksi lemah di uterus, kadang – kadag di sebut “ traise labor pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar
dan sekresinya bertambah juga bercampur darah (bloody show)
6) Tanda – tanda inpartu.
Menurut Mochtar (1998), tanda – tanda
inpartu :
1)
Rasa sakit oleh adanya his yang dating
lebih kuat, sering dan teratur.
2)
Keluar lender bercampur darah (show)
yang lebih banyak karena robekan – robekan kecil pada serviks’
3)
Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4)
Pada pemeriksaan dalam : serviks
mendatar dan pembukaan telah ada.
D. Pembagian Tahap Persalinan
a.
Persalinan kala I
Menurut
azwar (2004), persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Dengan ditandai dengan :
1) Penipisan
dan pembukaan serviks.
2) Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimalm2 kali dalam 10 menit).
3) Keluarnya
lendir bercampur darah.
Menurut wiknjosasto, kala pembukaan di bagi
atas 2 fase yaitu :
1) Fase
laten
Pembukaan
serviks berlangsung lambat, di mulai dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung kira – kira 8 jam.
2) Fase
aktif
Dari
pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm, belangsung kira – kira 7 cm.
Di
bagi atas :
a)Fase
akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4.
b) Fase
dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
c)Fase
deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm.
Kontraksi menjadi lebih kuat dan sering pada fase
aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai pada primigravida maupun multigravida,
tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif das fase deselerasi terjadi
lebih pendek.
(1) Primigravida
Osteum
uteri internum akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka, berlangsung kira – kira 13 –
14 jam.
(2) Multigravida
Osteu
uteri internum sudah membuka sedikit sehingga osteum uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang
bersama.
b.
Kala II (pengluaran)
Menurut
winkjosastro (2002), di mulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Pada primigravida berlangsung 2 jam dan pada multigravida berlangsung 1 jam.
Pada
kala pengluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira – kira 2 -3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi
tekanan pada otot – otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air bersih,
dengan tanda anus terbuka.
Pada
waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his mengedan maksimal kepala janin di lahirkan dengan suboksiput di
bawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his istriadat
sebentar, maka his akan mulai lagi untuk meneluarkan anggota badan bayi.
c.
Kala III (pelepasan uri)
Kala III adalah waktu untuk
pelepasan dan pengluaran uri (mochtar, 1998). Di mulai segera setelah bayi baru
lahir samapi lahirnya plasenta ysng berlangsung tidak lebih dari 30 menit
(saifudin, 2001)
1) Tanda
dan gejala kala III
Menurut
depkes RI (2004) tanda dan gejala kala III adalah : perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang,
semburan darah tiba – tiba.
2) Fase
– fase dalam pengluaran uri (kala III)
Menurut
Mochtar (1998) fase – fase dalam pengluaran uri meliputa :
a)
Fase pelepasan uri
Cara
lepasnya luri ada beberapa macam, yaitu :
(1) Schultze
: lepasnya seperti kita menutup payung , cara ini paling sering terjadi (80%).
Yang lepas duluan adalah bagian tengah, kemudian seluruhnya.
(2) Duncan
: lepasnya uri mulai dari pinggir, uri lahir akan mengalir keluar antara selaput
ketuban pinggir plasenta.
b)
Fase pengeluaran uri
Persat
– perasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain :
(1)
Kustner, dengan meletakkan tangan
disertai tekanan pada atas simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali
pusat masuk (belum lepas), jika diam atau maju ( sudah lepas).
(2)
Klein, saat ada his, rahim kita dorong
sedikit, bila tali pusat kembali ( belum lepas), diam atau turun ( sudah
lepas).
(3)
Strassman, tegangkan tali pusat dan
ketok fundus bila tali pusat bergetar (belum lepas), tidak bergetar (sudah
lepas), rahim menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim
bundar dank eras, keluar darah secara tiba – tiba.
d.
Kala IV ( obsevasi )
Menurut saifudin (2002), kala IV dimulai
dari saat lahirnya plasena sampai 2 jam pertama post partum.
Observasi
yang di lkukan pada kala IV adalah :
1)
Tingkatk kesadaran
2)
Pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan
darah, nadi dan pernafasan
3)
Kontraksi uterus
4)
Perdarahan : dikatakan normal jika tidak
melebihi 500 cc.
E.
Mekanisme
Persalinan Normal
Menurut
Manuaba (1999) gerakan – gerakan janin dalam persalinan adalah sebagi berikut :
a.
Engagement ( masuknya kepala ) : kepala
janin berfiksir pada pintu atas panggul.
b.
Descent ( penurunan )
Penurunan
di laksanakan oleh satu / lebih.
1)
Tekanan cairan amnion
2)
Tekanan langsung fundus pada bokong
kontraksi otot abdomen.
3)
Ekstensi dan penelusuran badan janin.
4)
Kekuatan mengejan.
c.
Fleksion (fleksi)
Fleksi
di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada tekanan pada PAP, serviks,
dinding panggul atau dasar panggul. Pada fleksi ukuran kepala yang melalui
jalan lahir kecil, karena diameter fronto occopito di gantikan diameter sub
occipito.
d.
Internal rotation ( rotasi dalam)
Pada
waktu terjadi pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari janin memutar ke depan ke bawah simfisis ( UUK berputar ke depan
sehingga dari dasar panggul UUK di bawah simfisis)
e.
Extensition ( ekstensi )
Ubun
– ubun kecil (UUK) di bawah simfisis
maka sub occiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi
( ekstensi ).
f.
External rotation (rotasi luar)
Gerakan
sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kapala denga punggung anak.
g.
Expulsion ( ekspusi ) : terjadi
kelahiran bayi seluruhnya.
F.
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut
mochtar ( 1998 ) faktor – fakor yang berperan dalam persalinan antara lain :
a.
Jalan lahir (passage)
1)
Jalan
lahir di bagi atas :
a) Bagian
keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul ).
b) Bagian
lunak panggul.
2)
Anatomi jalan lahir
a) Jalan
lahir keras : pelvis/panggul
Terdiri
dari 4 buah tulang, yaitu :
(1) Os.coxae,
terdiri dari : os. Illium, os. Ischium, os.pubis
(2) Os.sacrum
: promontorium
(3) Os.coccygis.
Tulang
panggul di pisahkan oleh pintu atas panggul menjadi 2 bagian :
(1) Pelvis
major : bagian di atas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan
persalinan.
(2) Pelvis
minor : menyerupai suatu saluran yang menyerupai sumbu melengkung ke depan.
b) Jalan
lahir lunak : segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina, dan
vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah
panggul.
Adalah
bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan, yaitu
seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam.
Bidang
hodge :
Ø Hodge
I : promontorium pinggir atas
simfisis
Ø Hodge
II : hodge I sejajar pinggir bawah
simfisis
Ø Hodge
III : hodge I sejajar ischiadika
Ø Hodge
IV : hodge I sejajar ujung coccygeus
Ukuran – ukuran panggul
:
Ø Distansia
spinarium (24 – 26 cm)
Ø Distansia
cristarium (28 – 30 cm)
Ø Conjugate
externa (18 – 20 cm)
Ø Lingkar
panggul (80-90 cm)
Ø Conjugate
diagonalis (12,5 cm)
b.
Passenger ( janin dan plasenta )
1) Janin
Persalinan
normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur, presentasi belakang
kepala, sikap fleksi dan tafsiran berat janin <4000 gram.
2) Plasenta
Plasenta
berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan rahim). Dengan tuanya
plasenta pada kehamilan yang bertambah tua maka menyebabkan turunya kadar
estrogen dan progesterone sehinga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal
ini akan menimbulkan kontraksi.
c.
Power (kekuatan)
Yaitu faktor kekuatan ibu yang mendorong
janin keluar dalam persalinan terdiri dari :
1) His
(kontraksi otot rahim)
His
yang normal mempunyai sifat :
Ø Kontraksi
dimulai dari salah satu tanduk rahim.
Ø Fundal
dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
Ø Kekuatannya
seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke
panjang semula sehinnga terjadi refleksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
2) Kontraksi
otot dinding perut.
3) Kontraksi
diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan
dan kontraksi ligamentum.
G. Perubahan – Perubahan Fisiologis
Dalam Persalinan
Menurut
pusdiknakes 2003, perubahan fisiologis dalam persalinan meliputi :
a. Tekanan
darah
Tekanan darah meningkat selama
kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg dan kenaikan
diastolic rata – rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan darah
kembali normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga
akan meningkatkan tekanan darah.
b.Metabolism
Selama persalinan metabolism
karbohidrat aerobic maupun metabolism anaerobic akan naik secara berangsur
disebabkan karena kecemasan serta aktifitas otot skeletal. Peningkatan inni
ditandai dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak output,
dan kehilangan cairan.
c. Suhu
badan
Suhu badan akan sedikit meningkat
selam persalinan, terutama selam persalinan dan segera setelah kelahiran.
Kenaikan suhu di anggap normal jika tidak melebihi 0.5 – 1 ˚C.
d. Denyut jantung
Berhubungan
dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung
sedikit meningkat di bandingkan sebelum persalinan.
e. Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka
terjadi peningkatan laju pernafasan yang di anggap normal. Hiperventilasi yang
lama di anggap tidak normal dan bias menyebabkan alkalosis.
f. Perubahan
pada ginjal
Poliuri sering terjadi selama
persalinan, mungkin di sebabkan oleh peningkatan filtrasi glomerulus dan
peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit di anggap biasa
dalam persalinan.
g.Perubahan
gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi
makan padat secara substansial berkurang banyak sekali selama persalinan. Selai
itu, pengeluaran getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan
hamper berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak
berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual atau muntah
biasa terjadi samapai mencapai akhir kala I.
h.
Perubahan hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2
garam/100 ml selama persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali ada perdarahan post partum.
H. Perubahan Psikologi Pada Ibu
Bersalinan Menurut Varney (2006) :
a.
Pengalaman sebelumnya
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri
dan fokus pada dirinya sendiri ini timbul ambivalensi mengenai kehamilan
seiring usahanya menghadapi pengalaman yang buruk yang pernah ia alami
sebelumnya, efek kehamilan terhadap kehidupannya kelak, tanggung jawab ,yang
baru atau tambahan yang akan di tanggungnya, kecemasan yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk nenjadi seorang ibu.
b.
Kesiapan emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin
cenderung kurang bias terkendali yang di akibatkan oleh perubahan – perubahan
yang terjadi pada dirinya sendiri serta pengaruh dari orang – orang
terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih sensitive terhadap semua hal. Untuk
dapat lebih tenang dan terkendali biasanya lebih sering bersosialisasi dengan
sesame ibu – ibu hamil lainnya untuk saling tukar pengalaman dan pendapat.
c.
Persiapan menghadapi persalinan ( fisik,
mental,materi dsb)
Biasanya ibu bersalin cenderung
mengalami kekhawatiran menghadapi persalinan, antara lain dari segi materi
apakah sudah siap untuk menghadapi kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang
baru dengan adnya calon bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang
berhubungan dengan risiko keselamtan ibu itu sendiri maupun bayi yang di
kandungnya.
d.
Support system
Peran serta orang – orang terdekat
dan di cintai sangat besar pengaruhnya terhadap psikologi ibu bersalin biasanya
sangat akan membutuhkan dorongan dan kasih saying yang le bih dari seseorang
yang di cintai untuk membantu kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.
I. 58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1.Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang
dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.
c. Perineum menonjol .
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan .
2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi
baru lahir. Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan
hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
a. Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Pakai celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan
tangan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan dalam.
6. Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan disinfeksi tinggkat tinggi atau steril.
Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
a. Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9.
8. Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
- Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran.
11.Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
( pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman ).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.
Lahirnya kepala.
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang
lain di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat kepala
lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
21. menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara spontan.Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan
kearah luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk
melahirkan bahu posterior. Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian bawah saat
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior
(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi
keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat
punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati –
hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir.
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut
ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik..
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10
unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai
dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem
pertama ke arah ibu.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali pusat diantara dua
klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan
bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III.
Oksitosin
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat
diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas ( dorso
– kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur
diatas.
- Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan
lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya.
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada
wadah yang telah disediakan.
- Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
- Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (
Fundus menjadi keras).
- Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.
Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam
kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
Melakukan Prosedur paska persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu
dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri
antibiotika salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan
ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan kembali bayi pada dada
ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai
bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.
3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan
4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua paska persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan
bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5-37,5 0C).
- Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
- Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
- Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
Kebersihan Dan keamanan
51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
( 10 menit ), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk memakai
pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,
menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
Pendokumentasian
58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV). ( APN 2008)
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.html#ixzz2T2a88FTl
http://putryayyu.blogspot.com/2012/08/asuhan-persalinan-normal-apn-58-langkah_2215.html
terimakasih banyak gan, penjelasannya lengkap sekali nih tentang asuhan persalinan normal, makasih ya
AntwoordVee uit