BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kulit bayi memang bisa dikatakan
sangatlah sensitif, beberapa kendala yang memang dihadapi ada
timbulnya miliariasis
atau biang keringat di bagian kulit bayi dimana rentanya
timbulnya di beberapa bagian seperti pada punggung bayi, bagian kulit leher
bayi yang terkadang menimbulkan iritasi akibat dampak keringat yang kurang kita
perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal pada kulit dan tentunya
dalam memilih bedak bayi ada beberapa point yang harus anda perhatikan Kulit juga
merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan lingkungan
luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai
perubahan lingkungan.
Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus
terpajan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan
penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan. Keadaan makroskopis dan
mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai
dengan umurnya. Kulit pada neonatus (bayi < 1 bulan) dan bayi (< 1 bulan)
merupakan bagian yang mengalami proses pematangan yang cepat, baik struktur
anatomi, bio kimia dan fisiologik setelah tahap pembentukan in utero. Pada
remaja dan dewasa, kulit sudah matang (mature) kemudian mengalami kemunduran
(aging process (http://www.sitiaisahonline.com).
Salah satu penyakit kulit pada bayi
adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada
bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran.
Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga
terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang
keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan
menghilang tanpa pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi
memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi)
yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian
bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian cream
hidrokortison 1% dapat mengatasinya. Di seluruh dunia, Miliaria adalah yang paling umum terjadi
di lingkungan tropis, terutama di kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke
lingkungan seperti dari daerah beriklim lebih tinggi dalam hal panas dan
kelembapan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi Miliariasis ?
2.
Bagaimana etiologi Miliariasis ?
3.
Bagaimana patofisiologis Miliriasis ?
4.
Apa saja klasifikasi Miliriasis ?
5.
Bagaimana penatalaksanaan Miliariasis ?
C.
Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui
definisi Miliariasis
2. Agar mahasiswa mengetahui
etiologi Miliriasis
3. Agar mahasiswa mengetahui
patofisiologis Miliriasis
4. Agar mahasiswa mengetahui
klasifikasi Miliariasis
5. Agar mahasiswa mengetahui
penatalaksanaan Miliariasis
D.
Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami tentang
penyakit Miliariasis dan cara penanganannya.
2. Bagi Pembaca
Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca tentang penyakit
Miliariasis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
DEFINISI
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan,
disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan
disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang
tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan
pakaian dan juga kepala. (lenteraimpian | March 5, 2010).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai
adanya vesikel milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak
berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau papul
putih. (Sudoyo, 2009).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit akibat
tertutupnya saluran kelenjar keringat yang menyebabkan retensi keringat. ( Arif
Mansyoer, 2001).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai
dengan adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987).
Miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar
keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah
tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas
dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang
menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang
masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan
disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat
keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
Miliariasis adalah keadaan kulit dengan retensi keringat yang
diekstravasasi pada tingkatan kulit yang berbeda, bila diagnose sendiri
mengarah pada miliariasis Rubra, heat rash, prickly heat, keadaan yang terjadi
akibat obstruksi saluran keringat. Keringat masuk ke epidermis menyebabkan
papulovesikel merah yang gatal. ( Poppy Kumala, 1998)
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, atau pickle heat .
B.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas
dan lembab. (Vivian, 2010)
Sering
terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat tertutupnya
saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan pembengkakan
saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang menembus ke jaringan
sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada kulit berupa papul
atau vesikel. (Hassan, 1984)
Faktor
faktor penyebab milariasis :
·
Udara
panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
·
Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak
menyerap keringat
·
Aktivitas yang berlebihan
·
Setelah
menderita demam atau panas
·
Penyumbatan
dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
(Lenteraimpian, 2010)
C.
PATOFISIOLOGIS
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori
kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya
pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar
keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang
tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada
40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang
dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk
beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)
D.
KLASIFIKASI
Miliaria
kristalina
§ Kelainan kulit berupa gelembung
kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan.
§ Vesikel bergerombol tanpa tanda
radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
§ Umumnya tidak menimbulkan keluhan
dan sembuh dengan sisik halus
§ Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung
intra/subkorneal
§ Asuhan : pengobatan tidak
diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta
menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
Miliaria
rubra
v Sering dialami pada anak yang tidak
biasa tinggal didaerah panas
v Kelainan berupa papula/gelembung
merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan
pedih
v Staphylococcus juga diduga memiliki
peranan
v Pada gambaran histopatologik gelembung
terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan
perifer kulit di epidermis
v Asuhan : gunakan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang
baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
Miliaria
profunda
·
Timbul
setelah miliaria rubra
·
Papula
putih, kecil, berukuran 1-3 mm
·
Terdapat
terutama di badan ataupun ekstremitas
·
Karena
letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa
papula daripada vesikel
·
Tidak
gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
·
Pada
keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis
bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
·
Asuhan
: hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik,
menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa
menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alcohol.
Berdasarkan
letak sumbatan, miliaria diklasifikasikan menjadi : (Arif Mansyoer, 2001
1. Miliaria Kristalina
Pada
miliaria kristalina, sumbatan terjadi pada intra subkorneal. Terlihat vesikel
berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya
karena hawa panas yang bergerombol tanpa tanda radang pada bagian yang tertutup
pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.
2. Miliaria Rubra
Pada
miliaria rubra, sumbatan terjadi pada stratum spinosum. Terlihat papul merah
atau papul vesicular ekstrafolikular yang gatal dan pedih pada badan tempat
tekanan atau gesekan pakaian. Jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa
pada daerah tropic.
3. Miliaria Profunda
Miliaria
profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis bagian atas, biasanya
timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul putih, keras berukuran 1-3 mm
terutama di badan dan ekstremitas.
E.
PENATALAKSANAAN
Pencegahan
:
1) Bayi atau anak tetap dianjurkan
mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan
sabun.
2) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh
dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau
kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
3) Jangan sekali-kali memberikan bedak
tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan
sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
4) Hindari penggunaan pakaian tebal,
bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat (FKUI, 2002).
Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua
rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi
dengan cara:
a)
Bayi
harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
b)
Setelah
selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan
lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan
tipis.
c)
Jaga
tubuh bayi agar tetap kering.
d)
Jika
bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan
waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.
e)
Gunakan
pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
f)
Biasanya
70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak
baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik
sehingga kamar selalu sejuk.
g)
Pada saat memandikan bayi yang menderita biang
keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak
meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel
yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007).
Pengobatan
v Perawatan kulit secara benar
v Biang keringat yang tidak kemerahan
dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi
v Bila membasah, jangan berikan bedak,
karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
v Bila sangat gatal, pedih, luka dan
timbul bisul dapat diberikan antibiotic
v Menjaga kebersihan kuku dan tangan
(kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk) (lenteraimpian
| March 5, 2010)
Seluruh
bentuk miliaria berespon baik terhadap pendinginan penderita dengan pengaturan
suhu lingkungan, melepas pakaian yang berlebihan, dan pada penderita demam
pemberian anti piretik. Pengobatan yang paling efektif adalah dengan
memperhatikan kebersihan lingkungan untuk mengatasi sebab ini
Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan
ventilasi yang baik dan menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Untuk
miliaria kristalina tidak diperlukan pengobatan. Untuk miliaria rubra dapat
diberikan bedak salisil 2 % dbubuhi menthol ¼ - 2 %.
Losio
Febri dapat pula digunakan komposisi sebagai berikut :
R/
Acidi salicylici
500 mg
Talci
5 mg
Oxydi
zincici
5 mg
Amyli
oryzae
5 mg
Alkohol (90; vo1%) 25 mg
Sebagai antipruritus dapat ditambahkan menthol ½ - 1% atau
kamper 1-2% dalam losio feberi. Untuk miliaria dapat digunakan losio calamin
dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alkohol. (Arif
Mansyur, 2001)
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking