Vrydag 03 Mei 2013

miliariasis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kulit bayi memang bisa dikatakan sangatlah sensitif, beberapa kendala yang memang dihadapi ada timbulnya miliariasis atau biang keringat di bagian kulit bayi dimana rentanya timbulnya di beberapa bagian seperti pada punggung bayi, bagian kulit leher bayi yang terkadang menimbulkan iritasi akibat dampak keringat yang kurang kita perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal pada kulit dan tentunya dalam memilih bedak bayi ada beberapa point yang harus anda perhatikan Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan.
Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus terpajan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan. Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Kulit pada neonatus (bayi < 1 bulan) dan bayi (< 1 bulan) merupakan bagian yang mengalami proses pematangan yang cepat, baik struktur anatomi, bio kimia dan fisiologik setelah tahap pembentukan in utero. Pada remaja dan dewasa, kulit sudah matang (mature) kemudian mengalami kemunduran (aging process (http://www.sitiaisahonline.com).
Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya. Di seluruh dunia, Miliaria adalah yang paling umum terjadi di lingkungan tropis, terutama di kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan seperti dari daerah beriklim lebih tinggi dalam hal panas dan kelembapan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi Miliariasis ?
2.      Bagaimana etiologi Miliariasis ?
3.      Bagaimana patofisiologis Miliriasis ?
4.      Apa saja klasifikasi Miliriasis ?
5.      Bagaimana penatalaksanaan Miliariasis ?
C.    Tujuan
1.      Agar mahasiswa mengetahui definisi Miliariasis
2.      Agar mahasiswa mengetahui etiologi Miliriasis
3.      Agar mahasiswa mengetahui patofisiologis Miliriasis
4.      Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi Miliariasis
5.      Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Miliariasis
D.    Manfaat
1.      Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit Miliariasis dan cara penanganannya.
2.      Bagi Pembaca
Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca tentang penyakit Miliariasis





BAB II
TINJAUAN TEORI


A.    DEFINISI
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala. (lenteraimpian | March 5, 2010).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya vesikel milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau papul putih. (Sudoyo, 2009).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat yang menyebabkan retensi keringat. ( Arif Mansyoer, 2001).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987).
Miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
Miliariasis adalah keadaan kulit dengan retensi keringat yang diekstravasasi pada tingkatan kulit yang berbeda, bila diagnose sendiri mengarah pada miliariasis Rubra, heat rash, prickly heat, keadaan yang terjadi akibat obstruksi saluran keringat. Keringat masuk ke epidermis menyebabkan papulovesikel merah yang gatal. ( Poppy Kumala, 1998)
      Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau pickle heat .

B.     ETIOLOGI
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab. (Vivian, 2010)
Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Hassan, 1984)
Faktor faktor penyebab milariasis :
·         Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
·          Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
·          Aktivitas yang berlebihan
·         Setelah menderita demam atau panas
·         Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum  (Lenteraimpian, 2010)

C.    PATOFISIOLOGIS
      Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
      Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)

D.    KLASIFIKASI
Miliaria kristalina
§  Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan.
§  Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
§  Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus
§   Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal
§  Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
Miliaria rubra
v  Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
v  Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
v  Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
v  Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis
v  Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
Miliaria profunda
·         Timbul setelah miliaria rubra
·         Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
·         Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
·         Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
·         Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
·         Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
·         Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alcohol.

Berdasarkan letak sumbatan, miliaria diklasifikasikan menjadi : (Arif Mansyoer, 2001
1.      Miliaria Kristalina
Pada miliaria kristalina, sumbatan terjadi pada intra subkorneal. Terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas yang bergerombol tanpa tanda radang pada bagian yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.
2.      Miliaria Rubra
Pada miliaria rubra, sumbatan terjadi pada stratum spinosum. Terlihat papul merah atau papul vesicular ekstrafolikular yang gatal dan pedih pada badan tempat tekanan atau gesekan pakaian. Jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropic.
3.      Miliaria Profunda
Miliaria profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis bagian atas, biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul putih, keras berukuran 1-3 mm terutama di badan dan ekstremitas.

E.     PENATALAKSANAAN
Pencegahan :
1)      Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun.
2)      Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
3)      Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
4)      Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat (FKUI, 2002).

Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:
a)      Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
b)      Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
c)      Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
d)     Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.
e)      Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
f)       Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
g)       Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007).
Pengobatan
v  Perawatan kulit secara benar
v  Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi
v  Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
v  Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic
v  Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk) (lenteraimpian | March 5, 2010)

Seluruh bentuk miliaria berespon baik terhadap pendinginan penderita dengan pengaturan suhu lingkungan, melepas pakaian yang berlebihan, dan pada penderita demam pemberian anti piretik. Pengobatan yang paling efektif adalah dengan memperhatikan kebersihan lingkungan untuk mengatasi sebab ini
Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik dan menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Untuk miliaria kristalina tidak diperlukan pengobatan. Untuk miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2 % dbubuhi menthol ¼ - 2 %.
Losio Febri dapat pula digunakan komposisi sebagai berikut :
R/  Acidi salicylici           500 mg
      Talci                            5     mg
      Oxydi zincici               5     mg
      Amyli oryzae               5     mg
      Alkohol (90; vo1%)    25   mg               
Sebagai antipruritus dapat ditambahkan menthol ½ - 1% atau kamper 1-2% dalam losio feberi. Untuk miliaria dapat digunakan losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alkohol. (Arif Mansyur, 2001)



Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking