Kontrasepsi berasal dari kata :
kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur (sel wanita) yang matang dengan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma tersebut.
Kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat
bersifat sementara dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, Sarwono, 2002 :
905). Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut (BKKBN,
1996 : 21).
Banyak
metode kontrasepsi yang memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika
digunakan secara tepat. Jenis kontrasepsi yang ada saat ini adalah : kondom
(pria atau wanita), pil (baik yang kombinasi atau hanya progestogen saja),
implan/susuk, suntik, patch/koyo kontrasepsi, diafragma dan cap, IUD dan IUS,
serta vasektomi dan tubektomi.
Jadi, yang dimaksud Kontrasepsi Sederhana dengan Alat
adalah suatu upaya mencegah /mengahalangi pembuahan atau pertemuan antara sel
telur dengan sperma dengan menggunakan metode-metode yang membutuhkan alat sederhana yang tidak memerlukan obat-obatan.
1. Metode
KB Sederhana dengan Alat
A. Metode Barier pada Pria (Kondom)
Kondom
merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan di
antaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami (produksi alami)
yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet
sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu.
Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk menaikkan
efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris
aktivitas seksual. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal: bentuk, warana,
pelumas, ketebalan, dan bahan.
Kondom
tidak hanya menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna
wanita, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. Kira-kira 1 cm
dari ujung kondom dibiarkan kosong untuk menampung air mani yang keluar, kondom mencegah agar air mani
tidak masuk ke dalam rahim. Setelah mengalami ejakulasi tetapi sebelum
ereksi sama sekali hilang, pria yang memakainya harus menekan pinggir kondom KB pada
penisnya agar air mani yang tertampung tidak tumpah dari
Kondom. Pada setiap kali sanggama harus menggunakan kondom yang
baru.
Keuntungan
Kondom
1) Mencegah kehamilan
2) Memberi perlindungan terhadap
penyakit hubungan seksual
3) Dapat diandalkan, relatif
murah
4) Sederhana, ringan, disposable,
reversible
5) Tidak memerlukan pemeriksaan medis,
supervisi, atau follow up
6) Tidak mengganggu produksi ASI
7) Tidak mengganggu kesehtan klien
Kerugian
Kondom
1) Angka kegagalan realtif tinggi
2) Perlu menghentikan sementara
aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati
– hati dan terus menerus setiap sanggama
Keuntungan-keuntungan kontraseptif
tersebut akan diperoleh, jika kondom dipakai secara benar dan konsisten pada
setiap sanggama, karena umumnya kegagalan yang timbul disebabkan pemakaian yang
tidak benar, tidak konsisten, tidak teratur atau tidak hati-hati.
Kontra
Indikasi Kondom
1. Absolut
a. Pria dengan ereksi yang tidak baik
b. Riwayat syok septic
c. Tidak bertanggung jawab secara
sexual
d. Interupsi sexual foreplay
menghalangi minat sexual
e. Alergi terhadap karet atau lubrikan
pada partner sexual
2. Relatif
a. Interupsi foreplay yang mengganggu
ekspresi sexual
Macam
– Macam Kondom
1.
Kulit
Dibuat
dari membran usus biri biri (caecum), tidak meregang atau mengkerut,
menjalarkan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama
sanggama namun lebih mahal
2. Lateks
Paling banyak dipakai, murah, elastis
3.
Plastik
Sangat tipis, menghantarkan panas
tubuh namun lebih mahal dari kondom lateks
Kemasan kondom harus kedap
udara karena udara dapat merusak karet. Demikian pula dengan panas dan cahaya,
yang bila disertai adanya udara (O2) dapat mempercepat kerusakan
karet.
Efektivitas
Kondom
Kondom
cukup relative bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual.
Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai
secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom
yaitu 2 -12 kehamilan per 100 perempuan pertahun.
Efek
Non – Kontraseptif
1. Perlindungan terhadap penyakit
penyakit akibat hubungan seks termasuk HPV
2. Perlindungan terhadap PID /
infeksi cairan amnion (pada wanita hamil)
3. Kadang kadang kondom dianjurkan
untuk mengobati ejakulasi-prematur, karena kondom mengurangi sensitivitas
glans penis
4. Terapi infertilitas
Pada
wanita tertentu ditemukan adanya antibodi terhadap spermatozoa.
Dengan kondom diharapkan kadar antibodi menurun. Setelah pemakaian jangka waktu
tertentu, pada sanggama biasa (tanpa kondom) yang diatur waktunyasekitar masa
ovulasi, diharapkan dapat terjadi fertilisasi. Dianjurkan untuk memakai
kondom sedikitnya selama 3-6 bulan atau sampai titer antibodi turun.
Efek
Samping dan Komplikasi
1. Keluhan utama dari akseptor adalah
berkurangnya sensitivitas glans penis
2. Alergi terhadap karet
Cara
Penggunaan Instruksi bagi Klien
1. Gunakan kondom setiap akan melakukan
hubungan seksual
2. Agar efek kontrasepsinya lebih baik,
tambahkan spermisida dalam kondom.
3. Jangan menggunakan gigi, benda tajam
seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya pada saat membuka
kemasan
4. Pasang kondom saat penis sedang
ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan tempatkan bagian penampung
sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser
gulungan tersebut kearah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
penetrasi penis ke vagina.
5. Bila kondom tidak mempunyai tempat
penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka pada saat memakai, longgarkan
sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6. Kondom dilepas sebelum penis
melembek
7. Pegang bagian pangkal kondom sebelum
mencabut dan melepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan
cairan sperma di sekitar vagina
8. Gunakan kondom hanya satu kali pakai
9. Buang kondom bekas pakai pada tempat
yang aman
10. Sediakan kondom dalam jumlah yang
cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang panas karena hal ini dapat
menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
11. Jangan gunakan kondom appabila
kemasannya robek atau kondom tampak rapuh atau kusut.
12. Jangan gunakan minyak goring, minyak
mineral, atau pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera merusak kondo
B. Wanita
(Barier Intra-Vaginal)
Menghalangi
masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan
immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
Keuntungan
Metode Barier Intra-vaginal :
1. Mencegah kehamilan
Kerugian
Metode Barier Intra-vaginal :
1. Angka kegagalan relatif tinggi
3. Perlu dipakai secara konsisten, hati
hati, selalu pada setiap sanggama.
Macam-macam
Barier Intra-Vaginal :
1. Diafragma (Diaphragma)
2. Kap Serviks (Cervical cap)
3. Spons (Sponge)
4. Kondom Wanita
Untuk mendapatkan efektivitas yang
lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal harus dipakai bersama
dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi
efektifitas metode ini, antara lain :
a. Paritas
b. Frekuensi sanggama
c. Kemampuan untuk memakainya dengan
benar
d. Kebiasaan dan motivasi akseptor
dalam pencegahan kehamilan
Ada satu hal sangat penting yang
harus mendapat perhatian akseptor yang menggunakan metode Barrier Intra-vaginal
yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom SyokToksik (Toxic Shock
Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya.
Calon akseptor metode Barier
Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk mengurangi/mencegah risiko
timbulnya Sindrom Syok Toksik :
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum
memasang atau mengeluarkan alatnya
2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal
insitu lebih lama dari 24 jam
3. Jangan menggunakan Barier
Intra-vaginal pada saat haid, atau bila adaperdarahan per-vaginam, tetapi
menggunakan kondom
4. Setelah melahirkan bayi aterm,
tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakanmetode Barier Intra-vaginal, tetapi
menggunakan kondom
5. Wanita harus diajari tanda-tanda
bahaya TSS :
a. Demam, muntah
b. Diarrhoe
c. Nyeri otot tubuh, rash
(sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
6. Bila menduga TSS, keluarkan alat
kontrasepsinya dan hubungi petugas medis
7. Bila pernah mengalami TSS, pilih
metode kontrasepsi lain.
Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh
toxin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik sering
terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-vaginal) selama haid.
1.
Diafragma (Diaphragma)
Diafragma
terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel dengan bentuk
seperti topi yang menutupi mulut rahim. Diafragma diletakkan posterior dari
simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim) tertutupi semuanya.
Diafragma
dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila sanggama
dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan spermisid
setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan
selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak
diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah
sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi.
Cara
Kerja sebagai berikut :
1. Mencegah masuknya sperma melalui
kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi)
2. Sebagai alat untuk menempatkan
spermisida.
Manfaatnya
ada 2 yaitu :
1. Manfaat kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar
b) Tidak mengganggu produksi ASI,
tidak mengganggu kesehatan klien
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
karena telah dipersiapkan sebelumnya
d) Dapat dipakai selama
haid
2. Manfaat non kontrasepsi
a) Memberikan perlindungan terhadap
penyakit menular seksual
b) Dapat menampung darah menstruasi,
bila digunakan saat haid
c) Kemungkinan mempunyai efek
perlindungan terhadap timbulnya displasia cervical
Kerugian
Difragma
1. Memerlukan tingkat motivasi yang
tinggi dari pemakai
2. Wanita perlu memegang/manipulasi
genitalia nya sendiri
3. Menjadi mahal bila sering dipakai,
disebabkan oleh biaya untuk spermisidnya
4. Insersi relatif sukar
5. Pada kasus tertentu, dapat terasa
oleh suami saat senggama
6. Beberapa wanita mengeluh kebasahan
yang disebabkan oleh spermisidnya
Jenis
diafragma antara lain :
a) Flat spring (flat metal band)
Pinggir alas
diafragma mempunyai lempengan logam yang pipih, diafragma ini dapat dipakai
oleh wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, ukuran dan kontur vagina
normal, arcus pubis yang dangkal dibelakang simpisis pubis, multigravida,
uterus anteflexi, serviks yang panjang yang mengarah ke belakang.
b) Coil spring (coiled wire)
Pinggir alas
diafragma mempunyai kawat logam dengan pegas/per spiral yang bundar dan
dilapisi karet, diafragma ini terutama berguna untuk wanita dengan : otot otot
vagina yang kuat, arcus pubis yang dalam dibelakang os pubis tidak ada
perubahan posisi uterus, ukuran dan kontur vagina normal
c) Arching
spring (kombinasi metal spring)
Pinggir alas
diafragma mempunyai pegas logam rangkap, diafragma ini cocok dengan wanita
dengan : tonus otot otot vagina yang jelek, sistokel/rektokel sedang, prolapsus
uteri ringan, serviks yang panjang yang mengarah ke depan
Memilih
Ukuran Diafragma
1. Jari telunjuk dan jari tengah
dimasukkan ke dalam vagina sampai ujung jari
tengah menyentuh dinding posterior vagina. Ibu jari digerakkan sampai titik
pertemuan jari telunjuk dengan os pubis.
tengah menyentuh dinding posterior vagina. Ibu jari digerakkan sampai titik
pertemuan jari telunjuk dengan os pubis.
2. Jarak antara ujung jari tengah dan
bagian depan ibu jari adalah diameter
diafragma yang diperlukan
diafragma yang diperlukan
Insersi
Diafragma
1. Diafragma ditekan dijepit/ditekan
diantara ibu jari dan jari-jari tangan dan
didorong sejauh mungkin kedalam vagina
didorong sejauh mungkin kedalam vagina
2. Dengan jari telunjuk diperiksa bahwa
letak diafragma tepat dibelakang os
pubis dan menutupi servik
pubis dan menutupi servik
3. Diafragma yang dipasang dengan benar
terletak diantara bagian posterior os
pubis dan fornix-posterior vagina serta menutupi serviks
pubis dan fornix-posterior vagina serta menutupi serviks
4. Untuk memeriksa bahwa diafragma
terpasang dengan tepat, jari telunjuk
meraba serviks melalui kubah diafragma
meraba serviks melalui kubah diafragma
5. Untuk mengeluarkan diafragma, jari
telunjuk dikaitkan dibawah lingkaran
depan diafragma (dibelakang os pubis)
depan diafragma (dibelakang os pubis)
Kontraindikasi
1.
Kelainan
anatomis dari vagina, serviks dan uterus :
Prolapsus
uteri, cystocele/rectocele yang besar, retroversi atau anteflexi
uterus yang berlebihan, septum vagiina
uterus yang berlebihan, septum vagiina
2. Infeksi traktus urinarius yang
berulang ulang
3. Alergi terhadap latex atau
spermisid
4. Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic
Shock Syndrome)
5. Nyeri pelvis/nyeri introitus yang
sementara oleh sebab apapun (PID, Herpes,
baru mengalami episiotomi, introitus yang sangat sempit/ketat)
baru mengalami episiotomi, introitus yang sangat sempit/ketat)
6. Postpartumn (bayi aterm) 6-12
minggu
7. Ketidakmampuan calon akseptor atau
pasangannya untuk mempelajari dan
melaksanakan teknik insersi yang benar
melaksanakan teknik insersi yang benar
Efek
samping dan komplikasi
Efek samping yang serius umumnya
tidak ada, bilamana diafragma dipakai sebagaimana semestinya. Kadang kadang
reaksi alergi dan iritasi vagina, infeksi
Sebab
sebab kegagalan :
1. Ketidaktauan cara pemasangan yang
benar
2. Ukuran diafragma tidak tepat
3. Terjadinya perubahan letak
diafragma selama sanggama
4. Adanya cacat/kerusakan pada diafragma
Perlu
diperhatikan :
Jika
ada kemungkinan terjadi sindrom syok keracunan, rujuk segera pasien ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Apabila terjadi panas lebih
dari 38 derajat Celcius maka berikan rehidrasi per oral dan analgesi.
Cara penggunaan/Intruksi bagi Klien
1. Gunakan diafragma setiap kali
melakukan hubungan seksual.
2. Pertama kosongkan kandung kemih dan
cucitangan
3. Pastikan diafragma tidak berlubang
(tes dengan mengisi diafragma dengan air atau melihat menembus cahaya)
4. Oleskan sedikit spermisida krim atau
jelly pada cap diafragma (untuk memudahkan pemasangan tambahkan krim atau
jelli, remas bersamaan dengan pinggirannya)
5. Posisi saat pemasangan diafragma:
Satu
kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
Sambil
berbaring
Sambil
jongkok
6. Lebarkan kedua bibir vagina
7. Masukkan diafragma kedalam vagina
jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
8. Masukkan jari kedalam vagina sampai
menentuh serviks, sarungkan karetnya dan periksa serviks telah telindungi.
9. Diafragma dipasang di vagina sampai
6 jam sebelum berhubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung diatas 6
jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida di dalam vagina. Diafragma berada
dalam vagina paling tidak 6 jam setelah terlaksananya hubungan seksual. Jangan
tinggalkan diafragma lebih dari 24 jam sebelum diangkat
10. Mengangkat dan mencabut diafragma
dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah
11. Cuci dengan sabun dan air, keringkan
sebelum disimpan kembali di tempatnya.
2.
Kap
Serviks (cervical cap)
Suatu alat kontrasepsi yang hanya
menutupi serviks saja. Dibandingkan dengan diafragma,kap serviks lebih
dalam/tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil, umumnya lebih kaku,
menutupi serviks karena hisapan (suction), bukan karena pegas. Zaman
dahulu kap serviks terbuat dari logam/plastik, sekarang yang banyak adalah dari
karet.
Tingkat kegagalan
Pada 100 wanita yang
menggunakan metode ini selama satu tahun, terdapat sebanyak 7 orang yang hamil
Cara
Kerja
Cervical
caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar tidak
mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus&
tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida senjata sperma tambahan untuk
membunuh sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps serviks.
Syarat pemakaian kap serviks
1.
Serviks harus dapat dicapai
2.
Serviks cukup panjang untuk menahan kap
3.
Serviks tidak luka
Macam
– macam Kap serviks
Prentif
Cavity Rim Cap
a. Paling sering dipakai
b. Tersedia dalam 4 ukuran, diameter
dalam 22, 25, 28, dan 31 mm
Dumas
atau Vault Cap
a. Relatif dangkal, berbentuk mangkuk
dengan pinggir alas yang tebal dan
bagian tengah yang tipis
bagian tengah yang tipis
b. Tersedia dalam 5 ukuran, dari 50 –
75 mm
c. Cocok untuk wanita yang tidak dapat
memakai diafragma oleh karena
tonus otot vagina yang kurang baik atau wanita dengan seviks yang terlalu
pendek
tonus otot vagina yang kurang baik atau wanita dengan seviks yang terlalu
pendek
Vimule
Cap
a.
Berbentuk
lonceng panjang dengan pinggir yang menonjol (flanged) u tuk
memperkuat hubungan dengan sekitarnya
memperkuat hubungan dengan sekitarnya
b.
Cocok
untuk wanita dengan :
·
Tonus
otot vagina kurang baik
·
Cystocele
·
Serviks
yang lebih panjang dari rata-rata
c.
Tersedia
dalam ukuran 42 – 55 mm
Keuntungan
1.
Dapat
digunakan selama menyusui
2.
Efektif,
meskipun tanpa spermiside, bila dibiarkan di serviks untuk waktu > 24 jam,
pemberian spermiside sebelum bersenggama menambah efektifitasnya
3.
Tidak
terasa oleh suami pada saat sanggama
4.
Dapat
dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional dari vagina
misalnya sistokel, rektokel, prolapsus uteri, tonus otot vagina
yang kurang baik
5. Jarang terlepas selama sanggama
Kerugian
1. Angka kegagalan tinggi
2. Peningkatan risiko
infeksi (cervisitis, cystitis)
3. Membutuhkan evaluasi dari tenaga
kesehatan
4. Ketidaknyamanan ketika pemakaian,
penggunaannya cukup sulit
5. Ukuran cervical caps yang
digunakan sewaktu-waktu harus diubah tergantung
pada kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan
pada kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan
6. Tidak boleh digunakan pada wanita
yang sedang menstruasi
7. Beberapa wanita merasa nyeri dan
pasangannya merasa tidak nyaman
8. Tidak dapat mencegah penyebaran
IMS (infeksi menular seksual), HIV AIDS
Kontraindikasi :
1. Bentuk serviks yang abnormal
(ukuran, posisi), pap smear abnormal
2. Postpartum 6-12 minggu
3. Radang serviks (cervicitis) yang
kronis, infeksi adneksa atau neoplasma serviks
4. Otot vagina yang sensitive, erosi
atau laserasi serviks
5. Perdarahan pada vagina, termasuk
ketika sedang menstrasi
6. Riwayat TSS, Riwayat PID, atau
alergi dengan karet atau spermiside
Efek
Samping dan Komplikasi
1. Timbulnya sekret yan sangat berbau
bila kap serviks dibiarkan terlalu lama
didalam vagina
didalam vagina
2. Menyebabkan iritasi pada daerah
vagina, serviks karen akontak yang terlalu lama dengan karet (kap) dan
spermiside nya
3. Menyebabkan infeksi pada saluran kemih
4. Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom
(TSS). Hal ini terjadi jika pemakaian cervical caps dilakukan pada saat
menstruasi
5. Bertambahnya abnormalitas serviks yang
berhubungan dengan HPV
Beberapa
tips untuk memasukkan kap serviks :
1. Tahap pertama untuk memasukkan atau
mengeluarkan kap serviks adalah mencuci tangan. Pemakai memasukkan kap serviks
saat seksualitasnya bangkit dan sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Sebelum memasukkan, isi sepertiga
kubah kap serviks dengan spermisida. Pisahkan labia dengan kedua tangan. Tangan
yang lain menjangkau sekeliling pinggiran kap diantara ibu jari dengan jari
telunjuk
3. Masukkan kap ke dalam vagina dan
dorong kap sepanjang dinding vagina sejauh kap itu bisa masuk. Cara ini bisa
dilakukan dengan cara berdiri, mengangkat satu kaki ke atas, posisi
jongkok, berbaring.
4. Gunakan jari untuk menempatkan kap
di serviks, tekan pinggiran kap di sekitar serviks sampai serviks sudah
tertutup dengan kap tersebut. Periksa posisi kap
dengan cara mendorong kubah kap untuk memastikan bahwa serviks sudah tertutupi.
dengan cara mendorong kubah kap untuk memastikan bahwa serviks sudah tertutupi.
5. Usap dengan jari mengelilingi
pinggiran kap.
6. Pemakai harus mempertahankan kap
serviks selama 6 jam setelah ejakulasi intravagina terakhir untuk memastikan
bahwa sperma yang tertinggal di dalam
vagina tidak memasuki ke dalam rongga uterus.
vagina tidak memasuki ke dalam rongga uterus.
7. Namun, untuk mengeluarkan kap
serviks harus dilakukan dalam kurun waktu
48 jam. Setelah itu kap serviks dilepaskan, lalu bersihkan kap dengan sabun dan
air hangat dan diangin-anginkan, setelah itu disimpan dengan benar agar dapat
digunakan kembali.
48 jam. Setelah itu kap serviks dilepaskan, lalu bersihkan kap dengan sabun dan
air hangat dan diangin-anginkan, setelah itu disimpan dengan benar agar dapat
digunakan kembali.
8. Dengan perawatan yang tepat, kap
dapat bertahan selama 2 tahun, tapi harus diperiksa secara teratur untuk
memastikan apakah ada lubang, atau bocor. Bila terjadi kerusakan pada kap, maka
pemakai diinstruksikan untuk segera menggantinya
3. Spons Kontrasepsi (contraceptive
sponge)
Spons
kontrasepsi adalah bentuk modifikasi dari agen spermisidal. Macamnya seperti
sponge kecil berbentuk bantal. Spons ini mengandung cakram poliuretan
nonoxynol-9 yang dipasng 24 jam sebelum senggama. Setelah dibasahi, spons
ditempatkan di serviks.
Spons ini dapat digunakan dalam beberapa kali senggama
tanpa harus diganti. Spons ini sebaiknya baru dilepas 6 jam setelah senggama.
Walaupun lebih nyaman dibandingkan diafragma atau kondom, namun efektifitas
spons untuk kontrasepsi lebih rendah. Tidak dianjurkan untuk melakukan
pembilasan (douching)
Cara
Kerja
1. Melepaskan spermiside yang
terkandung didalamnya
2. Merupakan barrier antara
spermatozoa dan spermiside
3. Menjebak/menangkap spermatozoa ke
dalam spons
Efektifitas
Secara
teori 5-8 kehamilan/100 wanita per tahun. Namun, dalam praktik nya 9-27/100
wanita per tahun
Insersi
spons
1.
Mula
mula spons dibasahi dengan air ledeng sebanyak kira-kira 2 sendok
makan, lalu diperas secukupnya untuk menghilangkan air yang berlebihan
makan, lalu diperas secukupnya untuk menghilangkan air yang berlebihan
2.
Sponge
kemudian dimasukkan ke dalam vagina sampai mencapai serviks
Kontraindikasi
1.
Riwayat
TSS atau alergi terhadap polyurethane atau spermisidenya
2.
Ketidakmampuan
wanita untuk melakukan insersi dengan benar
3.
Kelainan
anatomis dari vagina seperti prolaps uteri, sistokel, rektokel, retrofleks
yang ekstrim, septum vagina
yang ekstrim, septum vagina
Efek
samping dan komplikasi
1.
Iritasi
atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidenya
2.
Kemungkinan
infeksi vagina oleh jamur bertambah besar
3.
Kemungkinan
timbulnya TSS
Efek
non kontraseptif
Kemungkinan
proteksi terhadap PHS
4.
Kondom wanita (female condom)
Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan Kondom. Alat ini
terdiri dari 2 cincin polyurethane yang lentur berbentuk diafragma yang
terdapat pada masing-masing ujung dari suatu selubung lunak polyurethane yang
longgar. Sebelum dipasang, biasanya ditambahkan spermisid pada alatnya.
Brand yang dipasarkan antara lain Femidom, Dominique,
Protectiv, dan Care. Baru-baru ini juga dipasarkan kondom wanita
yang terbuat dari bahan lateks (seperti kondom pria) sehingga tidak menimbulkan
suara berisik saat dipakai. Dipasarkan dengan brand Reddy, V Amour, dan Sutra.
Pengujian secara in vitro menunjukkan kondom wanita impermeabel terdapat HIV,
sitomegalo virus dan hepatitis virus.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom wanita adalah
karena pada kondom pria dan diafragma biasa, kedua alat tersebut tidak menutupi
daerah perineum sehingga masih ada kemungkinan penyebaran mikroorganisme
penyebaran PHS.
Kondom
wanita yang telah tersedia saat ini :
1. Reality Vaginal kondom
Berupa “tabung” polyuretnane,
panjang 17 cm, dengan 2 cincin polyuretnane lentur pada masing-masing ujungnya,
insersi alat ini seperti insersi diafgrama.
2.
Women’s
Choice Female Condomme = Condomme
Bentuknya seperti kondom pria,
dengan ujung-dalam yang lebih tebal yang berada pada bagian atas vagina, dan
suatu cincin-luar yang menutupi labia, condomme terbuat dari lateks, dan 30%
lebih tebal daripada kondom pria agar supaya lebih kuat, insersi Condomme dilakukan
dengan suatu aplikator plastik yang dapat dipakai ulang.
3.
Kondom
vagina ketiga
Yang masih dalam taraf uji-coba,
berupa suatu celana-dalam lateks dengan suatu kantong-tergulung yang “built-in”
dan berada tepat pada mulut vagina, Sebelum sanggama, wanita mendorong
kantong tersebut kedalam vagina. Alat ini menutupi seluruh perineum dan
genitalia eksterna, sehingga dapat memberikan perlindungan maksimal terhadap
PHS.
Cara
Pemakaian Kondom Wanita
Cincin yang terbuka berada di luar
vagina, sedangkan cincin tertutup berada di bawah simfisis. Cincin-dalam
dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak perlu dipasang tepat menutupi
serviks karena akan terdorong keatas selama sanggama ; cincin-luar menutupi
labia dan dasar dari penis, keatas selama sanggama, cincin-luar menutupi labia
dan dasar dari penis.
5. Spermisida Vaginal
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung zat-zat
kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa
bergerak ke dalam traktus genitalia interna. Secara mekanis untuk menghalangi spermatozoa dan secara
kimiawi untuk immobilisasi/mematikan spermatozoa.
Tiap spermisid vaginal
memiliki dua komponen :
1.
Zat
pembawa/pengangkut (vehicle, carrier) yang inert
Jelly,
krim, foam/busa, tablet busa, suppositoria yang akan meleleh, suppositoria
busa, soluble film.
2. Zat spermisid yang aktif
Surfactants (Surface
acting, bakterisidal, derajat keasaman yang tinggi.
Cara
Pemakaian Spermisid Vaginal yang benar :
1. Letakkan spermisid sedalam mungkin didalam
vagina, sehingga menutupi serviks
2. Tunggulah waktu yang diperlukan sebelum mulai
bersanggama, agar spermisid
nya telah tersebar denga baik di dalam vagina bagian atas dan sekeliling serviks.
nya telah tersebar denga baik di dalam vagina bagian atas dan sekeliling serviks.
3. Gunakan spermisid tambahan setiap kali
mengulangi sanggama di saat yang
sama.
sama.
4. Jangan melakukan pembilasan vagina (douching) minimal 6-8
jam setelah
sanggama selesai. Pembilasan vagina (douching) tidak dianggap sebagai metode
kontrasepsi yang dapat dipercaya, karena spermatozoa dengan cepat masuk ke
canalis cervicalis, dan berada di dalam uterus dan tuba fallopii dalam waktu 15 –
90 detik setelah ejakulasi
sanggama selesai. Pembilasan vagina (douching) tidak dianggap sebagai metode
kontrasepsi yang dapat dipercaya, karena spermatozoa dengan cepat masuk ke
canalis cervicalis, dan berada di dalam uterus dan tuba fallopii dalam waktu 15 –
90 detik setelah ejakulasi
Kontra-Indikasi
:
1. Absolut
a)
Kebutuhan
akan suatu metode dengan efektivitas tinggi karena alasan kesehatan, pribadi
atau sosial
b) Penghentian sexual foreplay akan menghambat/menghalangi
c) Ketidak mampuan penerimaan estetik pada salah
satu partner.
d) Alergi terhadap isi spermisid, alergi lokal
kronis, kontak dermatitis genitalia,
eksema genitalia, psoriasis genitalia, dll
eksema genitalia, psoriasis genitalia, dll
2.
Relatif
a) Penghentian sexual foreplay akan
mengganggu sanggama
b) Fertilitas tinggi
c) Dispareunia atau vaginismus
3.
Temporer
a) Vaginitis akut/subakut oleh karena sebab
apapun, termasuk pengobatan.
c) Kondiloma akuminata, dermatitis
simpleks, pruritus, herpes genitalia.
d) Urethritis, sistitis, disuria, pyuria.
Efektifitas
Angka
kegagalan : 11 – 31 %
Cara
Kerja
Cara
kerja dari spermisida adalah sebagai berikut :
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah
2. Memperlambat motilitas sperma
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
1.
Aerosol
(busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi), aerosol dianjurkan bila
spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain
tidak sesuai dengan kondisi klien
tidak sesuai dengan kondisi klien
2.
Tablet
vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan. Penggunaannya
dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual
sebelum hubungan seksual
3.
Jenis
spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma
Manfaat
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan
manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi
Manfaat
kontrasepsi :
a) Efektif seketika (busa dan krim)
b) Tidak mengganggu produksi ASI, tidak
mengganggu kesehatan klien
c) Sebagai pendukung metode lain
d) Mudah digunakan, tidak memerlukan resep
atau pemeriksaan medik
e) Meningkatkan lubrikasi selama
hubungan seksual
Manfaat
non kontrasepsi
Memberikan
perlindungan terhadap PMS termasuk HBV dan HIV/AIDS, kemungkinan timbul PID
lebih kecil.
Kerugian Spermisid Vaginal
:
1.
Angka
kegagalan relatif tinggi (disebabkan oleh pemakaian yang tidak consisten)
2.
Harus
digunakan segera sebelum sanggama, bahkan ada sper misid vaginal yang perlu
waktu 5-30 menit agar spermisid-nya sudah bekerja.
3.
Karena
harus diletakkan dalam di vagina, ada wanita yang segan melakukannya.
4.
Harus
diberikan berulang-kali untuk sanggama yang berturut-turut.
5.
Dapat
menimbulkan iritasi atau rasa panas/terbakar pada beberapa wanita.
Efek Samping
dan Komplikasi
1. Yang mungkin terjadi :
a) Reaksi alergi, baik pada wanita maupun
pria.
b) Suppositoria tidak meleleh atau tidak
membentuk busa di dalam vagina.
2. Yang
masih menjadi kontroversi adalah kemungkinan terjadinya :
a) Kelainan kongenital janin (efek
teratogenik).
b) Perubahan air susu ibu.
c) Efek sistemik (masuknya spermisid ke
dalam aliran darah).
Tetapi sampai saat ini belum
ditemukan bukti-bukti yang menyokong hal-hal tersebut.
Keterbatasan
1. Efektifitas kurang
2. Spermisida jauh lebih efektif,
bila bersama kontrasepsi lain (misal kondom).
3. Keefektifan tergantung pada
kepatuhan cara penggunaannya.
4. Tergantung motivasi dan selalu
dipakai setiap melakukan hubungan seksual.
5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit
setelah spermisida dimasukkansebelum melakukan hubungan seksual
6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam
satu kali pemakaian.
Petunjuk
Umum
1. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan
benar sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum mengisi aplikator (busa
atau krim) dan insersi spermisida
atau krim) dan insersi spermisida
3. Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan
hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan
waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif
hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan
waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif
4. Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal : kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke
dalam aplikator).
penyimpanan dari setiap produk (misal : kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke
dalam aplikator).
5. Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi
belum terjadi
senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang
kali.
senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang
kali.
1.
Aerosol
(busa)
Akan mengisi vagina dengan
gelembung busa yang mengandung spermisidnya. Ada juga yang berbentuk tablet
busa. Cara kerjanya dengan adanya secret vagina, tablet busa akan menghasilkan
CO2 yang selanjutnya akan menyebarkan spermisidnya, tablet busa yang
terkenal : Tablet Neo Sampoon.
Cara
pemakaian :
Sebelum digunakan, kocok tempat
aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan
aplikator pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan
aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong
sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik
kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator
segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya
digunakan untuk pribadi.
2. Krim dan Jeli
Krim
terbuat dari lemak yang tidak larut dalam air, misalnya gliserin,
stearat. Setelah dimasukkan ke dalam vagina, cream tetap berada pada
tempatnya dan tidak menyebar lebih jauh. Sedangkan jeli
terbuat dari bahan yang larut dalam air, misalnya gelatin, mencair pada suhu
badan dan dengan cepat menyebar di dalam vagina.
Cara
pemakaian :
Krim
dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau mengoles di
atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat
juga digunakan bersama kondom.
Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan
hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke
dalam vagina mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau
jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera
dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.
3. Kontrasepsi Vagina
Film/Tissue
Memakai
polyvinyl alkohol dan gliserin atau bahan-bahan lainnya. Berbentuk plastik
menyerupai kertas, berukuran 2×2 inci, mengandung 72 mg nonoxynol-9, dilipat
sekali kemudian dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum mulai bersanggama.
Contohnya : C-film (di Eropa dan USA).
Cara
pemakaian :
Sebelum
membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa
kotak-kotak tipis yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film
menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke
dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang
kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu
penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film
larut dan bekerja efektif.
3. Suppositoria
Terdapat 2 jenis :
a. Suppositoria yang akan meleleh (Melting
suppositoria) : Dapat berbentuk
yang larut dalam air atau yang berbahan dasar Klin yang tidak larut dalam
air, akan meleleh pada suhu badan, perlu menunggu 5 – 30 menit sebelum
boleh bersanggama.
yang larut dalam air atau yang berbahan dasar Klin yang tidak larut dalam
air, akan meleleh pada suhu badan, perlu menunggu 5 – 30 menit sebelum
boleh bersanggama.
b. Suppositoria busa : Seperti
tablet busa, dengan adanya sekret vagina akan menghasilkan gelembung-gelembung
CO2 yang akan menyebarkan spermisid-nya, memerlukan waktu 10 menit
sebelum boleh bersanggama.
Cara
pemakaian :
Suppositoria
merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat
larut dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka
kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan. Sambil
berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit
sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atau
suppositoria.
Penelitian
untuk Menemukan Spermisid Baru
Penelitian-penelitian
masih terus dilakukan untuk menemukan spermisid baru yang lebih baik dan lebih
efektif, mempunyai daya kerja lama di samping kemudahan penggunaannya dan aman.
1. Gossypol
a) Berasal dari biji kapas, yang telah
dipakai sebagai kon trasepsi oral untuk pria, dan sedang diselidiki untuk
diguna-kan sebagai kontrasepsi vagina
b) Enzim-enzim penghambat spermatozoa (Sperm
enzyme inhi bitors).
c) Propranolol, suatu B-blocker,
ternyata dapat menghambat per-gerakan dan metabolism spermatozoa, dan sedang
diteliti untuk dipakai sebagai spermisid vaginal.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking